Fenomena belanja besar Madrid dan Barcelona di bursa transfer musim panas ini sebenarnya bukan hal baru. Tahun lalu saja mereka masing-masing melakukan transfer wah saat memboyong Gareth Bale dan Neymar, untuk melengkapi keberadaan dua superstar yang sudah lebih dulu ada di sana yakni Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi.
Melihat nama-nama pemain serta angka-angka yang terbanderol dari aktivitas belanja Madrid dan Barcelona sebenarnya menjadi sesuatu yang mengasyikkan. Kedua kubu seperti sedang memainkan 'Football Manager' - di mana mereka dengan sangat leluasa membelanjakan uang puluhan sampai ratusan juta poundsterling demi mendatangkan bintang-bintang dunia dan kemudian melakukan utak-atik starting XI di antara setumpuk pemain dengan skill di atas rata-rata.
Kedatangan Rakitic, Kroos, Suarez, dan James untuk melengkapi keberadaan Messi, Ronaldo, Bale, Neymar, Iniesta sampai Modric membuat kita punya imajinasi yang sangat liar dan juga indah soal bagimana mereka akan berduel di atas lapangan. El Clasico mungkin tidak pernah segemerlap dan seseru ini sebelumnya.
Dengan komposisi skuat seperti itu, Madrid dan Barcelona dijamin jadi kandidat terkuat juara La Liga Primera 2014/2014. Sebuah kondisi yang (sayangnya) membuat 18 klub lain tertinggal makin jauh dari dua raksasa ini.
Atletico Madrid? Musim lalu Los Rojiblancos dengan gagah berani mendobrak dominasi Madrid-Barca dengan menjadi juara La Liga. Itu adalah kali pertama dalam 10 tahun terakhir ada klub selain Barca dan Madrid yang jadi kampiun Liga Spanyol.
Namun daya saing Atletico diprediksi menurun di musim 2014-2015. Sebabnya adalah kepergian beberapa pilarnya: Diego Costa dan Felipe Luis diboyong ke Chelsea, sementara Thibaut Courtois juga dibawa pulangThe Blues. Meski digosipkan bakal mendatangkan Fernando Torres, belum ada pembelian besar dilakukan Atletico di bursa transfer musim panas ini. Karena daftar belanja Atletico diprediksi tidak akan sebesar Madrid dan Barcelona, seberapa besar daya saing Atletico akan sangat tergantung pada Diego Simeone. Dua musim ke belakang, orang Argentina itu sudah membuktikan kalau dirinya selalu berhasil menemukan pemain baru untuk diorbitkan setelah kehilangan bintang.
Atletico musim lalu memang berhasil merusak status quo di La Liga, namun itu tak lantas membuat jurang antara antara Madrid-Barcelona dengan klub-klub lain menyempit. Sebaliknya, aktivitas transfer di sepanjang musim panas ini justru membuat gap itu bisa semakin besar.
Ketimpangan kekuatan finansial dan daya saing antara Madrid-Barca dengan kompetitor lain juga didasari fakta bahwa dua raksasa Spanyol itu bisa menegosiasikan sendiri kontraknya dengan statiun televisi. Kondisi ini membuat jarak yang ada hanya terus bertambah lebar.
Saat Barcelona dan Real Madrid masing-masing mendapatkan US$ 182 juta (Rp 2 triliun lebih) dari hak siar televisi, Atletico yang menjadi klub dengan pendapatan tertinggi ketiga cuma mendapat sepertiganya (US$ 60,6 juta atau Rp 696,5 miliar). Klub-klub lain jelas dapat angka yang lebih kecil, yang membuat mereka tidak akan pernah punya daya saing untuk memperebutkan gelar La Liga. Sebagai gambaran, Rayo Vallecano yang musim lalu finis di posisi 12 cuma dapat US$ 18,2 juta (sekitar Rp 209,1 miliar) dari kontrak tv terakhirnya.
Gareth Bale sah-sah saja menyebut kedatangan banyak bintang dunia membuat La Liga Primera jadi kompetisi domestik terbaik di dunia. Namun kompetisi itu hanya diikuti oleh dua atau tiga tim saja. Sementara 17 klub lainnya punya liga sendiri, liga yang tidak memperebutkan gelar juara.
sumber : http://sport.detik.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar